Catatan Muslimin Mawi
Wakil Ketua Umum BPP KKSS 2025–2030
Sejarah tidak berjalan lurus. Ia berkelok, melambat, kadang terguncang, namun terus bergerak.
49 tahun sejak Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) di deklarasikan oleh 26 orang penggagas, sebagai perhimpunan anak perantau dari Tanah Sulawesi Selatan, organisasi ini telah menjadi saksi berbagai dinamika, dari zaman analog hingga era digital, dari pertemuan sederhana hingga kongres internasional. KKSS terus dan terus menyala, meski angin perubahan tak pernah henti bertiup.
Kini, di titik ini, di bawah kepemimpinan tokoh bangsa Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP, dan pelantikan resmi pengurus BPP KKSS masa bakti 2025-2030 pada hari Minggu, 22 Juni 2025 di Jakarta, tepatnya Ball Room Hotel JS Luwansa, kita semua dipanggil kembali untuk merenung dan mengambil sikap. Ke mana arah langkah kita berikutnya???
Obor Itu Bernyala Kembali
Ketua Umum kita menegaskan dalam satu kalimat penuh makna: “KKSS harus menjadi Obor Bangsa.”
Bukan kiasan semata, tapi visi. Obor bukan sekadar terang. Ia adalah simbol keberanian, pengorbanan, dan arah. Ketika dunia diliputi kabut perpecahan, kebisingan digital dan krisis identitas budaya, obor itu justru harus dinyalakan. Agar kita tak hanya tahu ke mana harus pergi, tapi juga tahu untuk apa kita bergerak.
KKSS dengan nilai luhur siri’ na pacce bukanlah organisasi yang sekadar mempertahankan eksistensi. Ia adalah wadah yang harus memperluas kontribusi, menembus batas-batas sektoral, usia, bahkan ideologi. Kita bisa berbeda dalam banyak hal, tapi disatukan oleh rasa cinta pada tanah leluhur, dan keyakinan bahwa budaya bisa menjadi solusi.
Gotong Royong di Era Baru
Zaman telah berubah. Hari ini, tantangan bukan hanya soal ekonomi atau politik, tetapi juga soal kepercayaan (trust) dan kolaborasi. Di sinilah KKSS harus hadir sebagai pengikat. Bukan sebagai menara gading yang jauh dari realitas, tapi sebagai jembatan antar generasi dan antar pemikiran.
Gotong royong yang dulu dikenal lewat kerja bakti fisik, kini juga bisa berbentuk kerja sosial digital, dukungan ideologis dan sinergi antarprofesi. KKSS harus membuka ruang untuk semua: anak muda kreatif, profesional diaspora, pelaku UMKM, budayawan, perempuan tangguh, serta tokoh adat dan agama.
Menanam untuk Negeri
49 tahun bukan waktu yang singkat. Tapi ia juga bukan titik akhir. Kita seperti berada di tanjakan menuju puncak usia emas. Dalam lima tahun ke depan, pengurus yang baru dilantik akan mengemban tugas penting: mengakselerasi kontribusi KKSS untuk bangsa.
Mari kita lihat organisasi ini bukan sebagai beban, tapi sebagai ladang amal. Tempat kita menanamkan pengabdian, agar kelak anak cucu bisa menikmati teduhnya pohon yang kita rawat hari ini.
Karena jika bukan kita yang menjaga, siapa lagi???
Akhirnya…
Mari kita pulang. Pulang pada niat awal berorganisasi: melayani, menginspirasi, dan memperkuat jati diri. Kita bukan kumpulan nama. Kita adalah kumpulan nilai.
Kita bukan sekadar orang Bugis, Makassar, Toraja, Massenrempulu, Mandar atau Luwu. Kita adalah orang-orang yang siap menyala, di manapun kita berada.
KKSS bukan sekadar organisasi.
Ia adalah obor. Dan obor itu harus terus bernyala. Ewako.
Eramas 2000, 01 Juni 2025
Penulis, Aktivis dan Pemerhati Organisasi.