PINISI.co.id- Salah satu rangkaian pengukuhan pengurus BPP KKSS yang dihelat di Luwansa Hotel, Ahad (22/6) adalah pementasan seni budaya bertajuk “PAPPASENG: The Chronicles Wisdom Legacy of Kajaolaliddong” sukses dengan komposisi yang memadukan drama, tari, musik tradisional, serta sastra dalam satu harmoni panggung yang kuat.
Pentas ini tidak hanya menampilkan hiburan, tetapi juga menghidupkan kembali warisan kearifan lokal melalui tokoh Kajao Lalido – seorang penasihat legendaris Kerajaan Bone yang dikenal karena petuah dan kebijaksanaannya yang melampaui zaman.
Gelaran ini adalah penegasan kembali nilai-nilai kearifan lokal Bugis-Makassar yang relevan lintas zaman. Dalam dunia yang kian gaduh oleh perang, pentas ini hadir sebagai ruang sunyi yang mengajak kita merenung, mengingat, dan menjaga warisan kebijaksanaan leluhur.
Panggung dibuka di tengah hiruk pikuk hadirin mengiringi lantunan suara magis, denting kecapi, dan hentakan perkusi. Para penari membentuk formasi “Sulapaq” — simbol keseimbangan semesta dalam kosmologi Bugis.
Gema suara Kajao Lalido dan ArungponE menghadirkan dialog filosofis tentang makna kejujuran dan kepandaian sebagai basis kepemimpinan. Prolog sebuah pernyataan nilai yang menyelimuti seluruh penyajian.
Gerak-grrakan tubuh yang puitis tari “Ininnawa”, meningkahi empat penari perempuan bergerak pelan mengikuti alunan musik yang mistis. Lagu “Ininnawa” dilantunkan dengan lirih, mendaraskan doa dan harapan akan kesabaran, ketulusan, dan keberkahan hidup.
Puisi-puisi Bugis disampaikan secara musikal dan teatrikal, menghadirkan makna mendalam tentang kepemimpinan yang jujur, taat hukum, dan bertakwa kepada Pencipta. Koreografi Arimbi Budiono berhasil menyelaraskan makna teks dan gerak tubuh dalam tarian yang penuh kelembutan sekaligus kekuatan spiritual.
Sementara Ilham Anwar dengan olah vokal yang lantang dan terjaga, mampu menggetarkan suasana. Ilham yang karib disapa Ilo, selaku sutradara berhasil menampilkan pementasan dengan apik hingga akhir.
Pada bagian tengah pertujukan, bergeser ke suasana pesta panen rakyat. Irama dinamis musik tradisional yang rancak, menggiring para perempuan memainkan nyiru berisi padi. Lagu “Mappadendang” dengan beat mendayu menjadi simbol kegembiraan dan syukur atas hasil bumi.
Tak lama, suasana berpindah ke Tana Toraja dalam segmen “Tomepare” – lagu dan tarian yang melambangkan semangat persekutuan dan persaudaraan antarsuku di Sulawesi Selatan. Musik bertalu, lengking suara khas Toraja menyatu dengan gerakan tubuh yang ekspresif, menghadirkan kegembiraan dan harmoni.
Lagu “Dongang-Dongang” menjadi klimaks suasana bahari. Penari memainkan gelombang, menghidupkan mitos, dan keberanian pelaut Bugis. Musik dan gerak tubuh berpadu dalam ketegangan sekaligus keindahan yang memukau.
Pementasan ditutup dengan monolog filosofis berupa “pappaseng” atau wasiat-wasiat moral dari Kajao Lalido. Pesan-pesan luhur tentang kejujuran, kewaspadaan, keteguhan, kasih sayang, dan kecerdasan disampaikan secara puitis dan reflektif.
Enam tanda kehancuran negeri, dari pemimpin yang tak mau diingatkan, hakim yang disuap, hingga hilangnya kasih sayang menjadi renungan kolektif. Pesan moral yang selalu relevan dengan konteks zaman ini, di mana kebohongan jadi komoditas.
Suara terakhir menggema, “Ada Tongeng, Gau’ Deceng, Ri Onroang Ri Lino.”– berkatalah benar, berbuatlah baik, di mana pun kamu berpijak.
Pementasan ini merupakan hasil kolaborasi antara naskah yang ditulis Ilham Anwar, arahan pertunjukan yang dikurasi dengan baik oleh tim produksi, serta musikalitas dari Passare Ensemble Jakarta di bawah arahan Sulthan Dg. Irate.
Koreografi oleh Arimbi Budiono menghadirkan tarian yang tidak sekadar estetis, tetapi juga penuh simbolik, khususnya para penari dari ArtRimbi Studio Jakarta.
Ke depan, gelaran seni entah seni rupa, teater, tari, musik, tentu juga film sejatinya dipentaskan secara berkala oleh KKSS. Maklum, pada dekade 80 hingga 90-an KKSS acap mengundang seniman dari Sulawesi Selatan menampilkan pementasannya di TIM dan TMII yang dihadiri kedutaan asing selain warga KKSS sendiri.
Dan Ilo sudah mengingatkan dan mengungkitnya kembali. (Alif)