Menyalakan Lilin Harapan Jeneponto : Literasi sebagai Pilar Peradaban

0
32
- Advertisement -

Kolom Haerullah Lodjik

Bedah buku “Pernak-Pernik Pemikat Hati Budaya Turatea,” ditulis Backtiar Adnan Kusuma yang diselenggarakan dalam rangka Hari Jadi Jeneponto ke-162, bukan sekadar perhelatan seremonial.

Acara ini, seperti yang tergambar dalam catatan pelaksanaan, merupakan pertemuan penting yang mengungkapkan peran krusial literasi dalam membangun Jeneponto yang lebih maju dan sejahtera.

Kehadiran Baktiar Adnan Kusuma, tokoh literasi nasional, seorang putra daerah Turatea yang juga praktisi pembukuan semakin memperkuat signifikansi peristiwa ini.

Catatan pelaksanaan menekankan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan, literasi merupakan jalan terbaik untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Angka indeks pembangunan literasi Jeneponto yang mencapai 77,56% menunjukkan kemajuan yang signifikan, tetapi luga mengingatkan kita akan perjalanan panjang yang masih harus ditempuh. Gerakan literasi yang digagas, seperti TBM, patut diapresiasi sebagai langkah nyata dalam mewujudkan cita-cita tersebut.

Kanda BAK, dengan pengalamannya yang luas dalam dunia kebukuan, menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya diskusi buku sebagai media untuk mengevaluasi karya tulis. BAK dengan bijak mengusulkan penggunaan istilah “diskusi buku” daripada “bedah buku,” mengingat konteks yang lebih menekankan pada pertukaran gagasan dan pemahaman yang mendalam.

- Advertisement -

Lebih dari itu, bedah buku ini menjadi platform untuk mempromosikan karya tulis dan menjangkau audiens yang lebih luas. Kehadiran 60 peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap upaya peningkatan literasi di Jeneponto. Saran-saran konstruktif dari Kanda BAK seperti penyederhanaan bahasa dalam bentuk novel sejarah dan penggunaan ISBN serta logo Perpustakaan Nasional, menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan buku “Pernak-Pernik Pemikat Hati Budaya Turatea.”

Namun, pesan yang paling mendalam dari acara ini adalah pentingnya literasi sebagai pilar peradaban. Kutipan dari tokoh literasi tentang kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi menguatkan argumen ini. Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang berpikir kritis, mengolah informasi dan berinovasi.

Dengan literasi, Jeneponto dapat melangkah menuju masa depan yang lebih cerah dan sejahtera.

Kesimpulannya, bedah buku “Pernak-Pernik Pemikat Hati Budaya Turatea” bukan sekadar acara peluncuran buku, melainkan momentum penting untuk menginspirasi dan memotivasi masyarakat Jeneponto dalam memanfaatkan literasi sebagai kunci untuk mewujudkan Jeneponto yang lebih maju dan bermartabat.

Semoga semangat literasi ini terus berkembang dan menuntun Jeneponto menuju masa depan yang gemilang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here