Perebutan Kuasa dan Kemajuan Brunei

0
138
- Advertisement -

Kolom Mubha Kahar Muang 

Para peneliti sejarah mempercayai bahwa Brunei Tua sudah ada jauh sebelum kerajaan-kerajaan yang ada di tanah Melayu berdiri. Di abad ke-7 atau ke-8, wilayah kerajaan ini meliputi Sabah dan Sarawak yang berpusat di Brunei.

Di awal abad ke-9 Kerajaan Brunei Tua pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatera dan pernah pula ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit yang berpusat di pulau Jawa hingga Hayam Wuruk wafat.

Setelah itu Brunei membebaskan diri dan kembali menjadi pusat perdagangan penting, hingga berdirinya kerajaan baru, Brunei Darussalam pada tahun 1363.

Ketika pengaruh Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara awal abad ke-15 meluas kemudian mengambil alih perdagangan Brunei, Islam yang dibawa oleh pedagang mulai menyebar.

Saat Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Sultan Brunei mengambil alih kepemimpinan Islam di Malaka.

- Advertisement -

Kesultanan Brunei pun mencapai kejayaan pada abad ke-15 hingga abad ke-17. Kekuasaannya meluas ke seluruh Borneo dan Filipina bagian utara, bahkan sempat menaklukkan Manila ke utara hingga Luzon dan Sulu serta bagian selatan dan barat Kalimantan.

Perang Saudara

Perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan menyebabkan peluang intervensi Asing. Sultan Brunei ke- 13 Abdul Hakkul Mubin naik tahta setelah membunuh Sultan Brunei ke -12 Sultan Muhammad Ali.

Karena itu muncul perlawanan dari Pengiran Muda Muhyiddin yang merupakan menantu dari Sultan Muhammad Ali. Sultan Abdul Hakkul Mubin mencoba berdamai dengan Pengiran Muda Muhyiddin dengan menawarkan jawatan tertinggi dalam kerajaan sebagai Pengiran Bendahara.

Walaupun tawaran tersebut diterima tetapi Pengiran Muda Muhyiddin tetap berniat menumbangkan Sultan Abdul Hakkul Mubin sebagai bentuk membela kematian mertuanya Sultan Muhammad Ali.

Pengiran Muda Muhyiddin Bersiasat

Mengusulkan kepada Sultan Abdul Hakkul Mubin untuk memindahkan pusat kerajaan dan istana dari Kampong Ayer ke Pulau Chermin karena suasana huru hara setelah pembunuhan Sultan Muhammad Ali.

Sultan Abdul Hakkul Mubin pun pindah ke Pulau Chermin. Setelah Sultan Abdul Hakkul Mubin pindah ke Pulau Chermin, Pengiran Muda Muhyiddin menyatakan diri menaiki tahta kerajaan sebagai Sultan Brunei.

Artinya terdapat dua Sultan Brunei. Satu di Ke sultanan lama Kampong Ayer dan satu di Pulau Chermin.

Sultan Abdul Hakkul Mubin menganggap dia lebih berhak karena dia pemegang alat-alat istiadat kerajaan, terutama mahkota kerajaan. Sultan Abdul Hakkul Mubin pun mulai memerangi Sultan Muhyiddin.

Menurut sebuah sumber, Sultan Muhyiddin meminta pertolongan kepada Sulu untuk membantu menumbangkan Sultan Abdul Hakkul Mubin, sebagai ganjaran baginda menawarkan Sabah.

Karena tawaran tersebut ketika itu sehingga menyisakan masalah wilayah Sabah yang hingga saat ini di klaim oleh Filipina.

Setelah 12 tahun, Sultan Abdul Hakkul Mubin di serang secara mendadak di Pulau Chermin, Sultan Hakkul Mubin pun memerintahkan agar semua barang adat istiadat kerajaan termasuk mahkota kerajaan di meriamkan ke laut Pulau Chermin.

Dalam penyerangan tersebut, Sultan Abdul Hakkul Mubin terbunuh tahun 1673 dan di makamkan di Pulau Chermin.

Kehadiran Penguasa Asing

James Brooke dari Inggris tahun 1839 tiba di Serawak, membantu mengatasi pemberontak. Brooke kemudian dilantik menjadi Gubernur Serawak dan menjadi Raja Serawak. Sedikit demi sedikit Brunei jatuh ke tangan Inggris.

Pada tahun 1888 Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan Kerajaan Britania, yang berarti berdaulat terhadap urusan dalam negeri tetapi urusan luar negeri tetap diawasi oleh Britania hingga berakhirnya protektorat Inggris pada 1 Januari 1984.

Pemerintahan Brunei Darussalam

Bercorak monarki konstitusional, sultan adalah kepala negara dan kepala pemerintahan sekaligus perdana menteri dan menteri pertahanan.

Dalam menjalankan pemerintahan, sultan dibantu oleh dewan penasihat kesultanan dan beberapa menteri.

Bandar Seri Begawan, ibukota negara, berbatasan dengan Serawak di sebelah Barat sampai Timur, serta berbatasan dengan Laut Cina Selatan di Utara.

Bagian Barat wilayahnya lebih luas dihuni oleh 97% penduduk dari keseluruhan penduduk negeri ini yang berjumlah sekitar 441.800 tahun 2020.

Sedangkan di bagian timur yang bergunung-gunung dan disebut sebagai daerah Temburong, didiami sekitar 3 % dari jumlah penduduk.

Kerajaan Brunei telah diperintah oleh 29 sultan secara turun-temurun sejak berdiri tahun 1363.

Kerajaan menjadikan Islam sebagai agama resmi dan Sultan Brunei sebagai kepala agama negeri tersebut.

Negara Maju dan Stabil

Perekonomian Brunei Darussalam yang bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas alam menjadikan negara ini memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia. Memiliki Indeks Pembangunan Manusia tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, sehingga Brunei tergolong negara maju.

Memiliki nilai mata uang yang sama dengan dollar Singapura. Brunei pun menjadi paling stabil dari segi politik di Asia.

Selain penerimaan utama dari minyak,
pemerintah Brunei tetap berusaha meningkatkan pendapatan negeri dari sektor pariwisata. Brunei Tourism cukup gencar mempromosikan beberapa obyek wisata.

Monumen Semiliar Barel Minyak

Seria Oil Field, ladang minyak yang merupakan monumen penanda semiliar barel minyak pertama yang diproduksi Brunei dan disebut sebagai Billionth Barrel Monument Oil and Gas Discovery Centre. Sebuah simbol yang menandai sumber utama kemakmuran negeri ini.

Mesjid Termegah

Kota Bandar Seri Begawan memiliki dua masjid yang megah. Masjid Jame’ Asr Hassanal Bolkiah didirikan tahun 1988 dan resmi dibuka untuk umum tahun 1994. Masjid ini didirikan untuk merayakan kepemimpinan Sultan Hassanal Bolkiah yang ke-25.

Masjid tersebut memiliki 29 kubah emas murni 24 karat, yang memiliki arti Sultan Hassanal Bolkiah adalah Sultan Brunei yang ke-29.

Selain itu, ada Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien yang dibangun tahun 1958. Kubahnya juga dilapisi emas murni, menjadi salah satu masjid terindah di dunia.

Ada pula yang menyebut sebagai salah satu masjid paling mengagumkan di Asia Pasifik. Nama masjid tersebut mengambil nama Sultan Brunei ke-28.

Taman Nasional Brunei

Ulu Temburong khas dan menarik.
Taman Nasional ini adalah taman nasional hutan hujan yang diklaim sebagai untouched rainforest dan menyimpan keaslian hutan hujan.

Pemandangan sepanjang perjalanan adalah pemandangan khas hutan yang masih sangat asli, alami.

Taman ini terdiri dari hutan dengan pepohonan besar khas Kalimantan yang dibiarkan tidak terganggu.

Menelusuri jalan-jalan kota Bandar Seri Begawan dan berjalan ke pedalaman menyaksikan keaslian hutan tropis, sungguh merupakan anugerah luar biasa.

Semoga Kesultanan Brunei dapat mempertahankan arti kata Darussalam, yang dalam bahasa Arab berarti tempat yang damai.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here